Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2010

Si Pahit Umur

Gambar
Menandai, kalam malam dalam kerut wajah Menoreh, layu daun pada tatap mata binar Menyibak, tabir hati dalam kalbu Musnah... Musnah.. Musnah, Di bawa kabur iblis penjaga pikiran Hati.. hati.. Hati.. Bisiknya lirih, senyap Nur cahaya. Walau begitu, ku siapkan tongkat untuk menapaki jalan sempit agak curam licin. Seorang Bapak bermandikan cahaya mengingatkan dengan senyum anggunnya Hati.. hati nak tergelincir seraya membelai wajah jiwa-ku Sesungguhnya "aku", tidak mempermasalahkan akan jalan-mu tapi akan tongkat-mu kau harus memiliki tongkat yang kuat. Dan.. jangan lupa teruslah berjalan.. aku..menunggu-mu di ujung tapak penderitaan

Anugerah Ibu Anugerah

Gambar
Sejak kecil, baru lahir ketika kita merasakan hangatnya susu dari dada ibu. Beruntungkah kita atau hanya angan?. Di dekat dan dinyanyikan sebuah lagu kasih, di belai dan mungkin dibacakan sedikit dongeng tentang Pinokio atau putri dari kayangan. Hmmm, semenjak kita dewasa dan mulai biasa berfikir sendiri hadirlah sebuah anamoli "surga ada di telapak kaki ibu" benarkah atau hanya sebuah filosofi yang di tamankan dalam benak agar kita tidak lupa akan "bahasa ibu", "bahasa kasih". Kembali ke kelahiran, sebuah pertarungan yang di lakukan oleh ibu saat itu semua sakit fisik yang di sebut neraka hadir di tengah selangkangan ibu. Ia meronta, sesat kemudian mengatur nafas dari mulut. Sang ayah hadir di sampingnya mengenggam tangan ibu dan memberikan sebuah semangat, walupun ia sebenarnya takut tapi itulah tugasnya. Beruntungkah aku? atau hanya sebuah episode lain yang di putar di dalam alam bawah sadarku. keberanian mulai manjalar di hatiku, kugenggam erat d

Sekuntum Senyum

Gambar
Berikanlah sekuntum senyum untuk hati yang sepi Berikanlah sekuntum senyum untuk jiwa yang renta gemarlap cahaya hanya ilusi yang ku butuh hanya sekuntum senyum Ada duri merindu di dalam kalbu menyeruat meronta dan menusuk-nusuk Dalam genggamam sekuntum senyum di lemparnya kepadaku hanya kita yang tahu hanya kita yang mengerti sebagian menilai sebagian meraba rasa sampailah aku kepadanya "sekuntum senyum"

kepulan kabut

Pagi ini sebersit kabut, kalam namun mengharukan tapi juga menggembirakan meraba kesendirian. Wanginya separti telah ku kenal puluhan tahun yang lalu. Kadang merobek hati namun kemudian ia menampakkan wujudnya kembali seperti itu seterusnya. Ada hal yang kita pahami sebagian sangat mudah, sebagian lagi gelap bisa terang bisa juga kabur. Seperti sebuah permainan yang di kutuk melalui pikiran ketika hati memaknainya ia hilang tak tentu rimbanya separti tersesat dan tanpa ampun membalikkan kesadaran. Sebersit kabut itu masih saja terbentuk dengan citranya yang anggun, meliuk-liuk dengan lincah seolah ia adalah penari ulung yang tak tertandingi kelihaian gerakannya. Ingin rasanya ku menyibak kepulan sang kabut dengan sepi jiwa dan menyedotnya dalam botol-botol anggur kosong itu. Sampai-sampai ia kemudian melantunkan sebuah puisi yang ku kenal : "kabut ku kabut mu, sesungguhnya bentukku indah. Mengapa kau ingin mengurungku Lepaskanlah aku selayaknya burung-burung yang t

Berkaca pada cermin

Gambar
Pagi cermin, siapakah yang paling cantik? tentu saja tuan Putri. Di mulailah episode keluh kesah sang putri perihal pangeran2 yang di kencaninya Seratus tahun sudah... Sang putri selalu menanyakan hal yang sama pada cermin dan berkeluh kesah. Sampai2 kulitnya kisut..! semuanya gagal tak ada pangeran yang mau meminangku sekarang.. itulah masalahnya tuan putri, sang cermin menjawab!.. setiap kali aku mengingatkan tuan putri tak mau mendengar malahan berkeluh kesah teruss.. cape dech..!! Maksudmu cermin... kemudian cermin menjawab lantang.. Kau tuan putri terlalu banyak mengeluh sehingga para pangeran itu selalu berubah pikiran untuk meminang tuan putri... Kenapa begitu..?? sang putri marah... Ku beri satu rahasia.. kaum laki2 itu mahluk yang paling lemah. Secara mental, jadi tuan putri hanya menambahkan kelemahan mereka saat mengeluh, jelas saja meraka takut dan berubah pikiran lalu cabut dari tuan putri. hmmmm aku mengerti sekarang.. (jawab sang putri yakin). Tapi maaf, t

Firman Daun

Gambar
Lihat aku.. hijau.. segar dan berkilau di terpa cahaya matahari. Tapi taukah kamu, aku hanya sementara tidak kekal, sebentar lagi warnaku akan pudar kecoklatan di makan sang waktu. Namun sebelum itu terjadi aku akan berfirman. "Aku Daun" Taukah kamu bahwa tuanya aku adalah sebuah proses alamiah!, aku hidup kemudian mati kemudian hidup lagi. Dan Nanti tiba saatnya aku mati dan berguguran sesungguhnya hal itu terjadi karena izin Allah yang maha agung. Saat tubuhku tua dan mengering aku akan menggugurkan diriku ke hariban bumi. haaaah hanya orang-orang yang memahami ku akan mengerti. Bahwa aku sesungguhnya tidak mati, bumi dan tanah akan memakanku kemudian aku jadi makanan pohon yang telah menumbuhkan aku. Dengan izin-Nya aku mati dan dengan izinnya pula aku mengabdikan kematianku menjadi makanan sumberku.