Si Pahit Umur
Menandai, kalam malam dalam kerut wajah Menoreh, layu daun pada tatap mata binar Menyibak, tabir hati dalam kalbu Musnah... Musnah.. Musnah, Di bawa kabur iblis penjaga pikiran Hati.. hati.. Hati.. Bisiknya lirih, senyap Nur cahaya. Walau begitu, ku siapkan tongkat untuk menapaki jalan sempit agak curam licin. Seorang Bapak bermandikan cahaya mengingatkan dengan senyum anggunnya Hati.. hati nak tergelincir seraya membelai wajah jiwa-ku Sesungguhnya "aku", tidak mempermasalahkan akan jalan-mu tapi akan tongkat-mu kau harus memiliki tongkat yang kuat. Dan.. jangan lupa teruslah berjalan.. aku..menunggu-mu di ujung tapak penderitaan