Antara 2 Genggam Garam, Segelas Air dan Danau
Kisah ini saya dengar dari sebuah Radio swasta di Jakarta tapi saya lupa nama radionya. kira-kira seperti ini kisahnya :
Suatu hari Baharuddin berkunjung ke sebuah desa di mana di masa yang lalu ia pernah tinggal dan belajar dengan seorang guru yang amat bijak. Kaget Bahar nampaknya di teras padepokan di mana dulu ia pernah belajar telah di suguhi beraneka ragam makanan dan minuman khas desa tersebut.
Kemudian dari dalam rumah sang guru keluar dengan raut wajah yang begitu mempesona menyambut Baharudin seolah ia tahu akan kehadiran muridnya itu. Padahal bahar sebelumnya tidak pernah memberi kabar bahwa ia akan datang... anehh (pikir ia).. Back to story.
Guru : selamat datang Bahar (sang guru menyapa)
Baharuddin : (Mencium tangan guru dengan peghormatan), terima kasih guru, tapi dari mana guru tahu bahwa saya...
Guru : sudah lah mari masuk!! dan ceritakanlah Nampaknaya guru kita ini bukan tipe orang yang suka berbasa-basi yang tak perlu.. to the point.
Baharuddin : Maaf guru, saya harus kembali ke sini dengan berjuta-juta masalah di kepala dan hati saya.
Guru : sudahlah! kan sudah aku bilang ceritakanlah!!
Baharuddin : Baiklah guru!, terakhir saya belajar di padepokan ini, saya benar-benar menjalankan nasehat guru tentang pentingnya semangat dalam menjalani hidup, tidak gampang menyerah dan mensukuri apa yang kita dapat serta tidak putus asa. dan semua itu berhasil guru! usaha saya lancar, bahkan dalam 7 Tahun terakhir ini saya berhasil mengembangkan bisnis saya dan memiliki perusahan mandiri. Harta saya bertambah rumah mewah, mobil mewah tabungan yang melimpah di Bank. Tapi tapi...
Guru : tapi Kau tetap tidak bahagia...
Baharuddin : Benar Guru!!.. Isti saya yang paling saya cintai berselingkuh denagan sahabat karib saya sendiri... anak-anak saya tidak mau menurut dengan nasehat saya lagi dan masuk ke dalam dunia gemerlap bersama obat-obatan.
Ahhhsaya ingin teriak...!! rasanya dan yang lebih parah lagi, perusahan saya hampir bangkrut kerena ulah para pegawai saya, yang diam-diam mengadakan konspirasi untuk menjatuhkan saya dan akan merebut saham-saham atas perusahaan itu. Saya bingung guru apa yang harus saya lakukan.. rasanya ingin mati saja...
Guru : (Mencoba menyelami isi hati Muridnya itu!) sekarang ikut aku! Bahar pun mengikuti sang guru ke arah dapur!
Guru : Ambil 2 genggam garam dengan tanganmu (bahar pun mengikuti perintah sang guru) sementara aku akan membawa segelas air (bahar pun bingung apa yang hendak beliau lakukan). Sekarang kita menuju danau mari!! muridku.
Tidak beberapa lama sampailah mereka di Danau.
Guru : Masukkan segenggam garam yang kau bawa kedalam segelas air yang ku bawa ini (bahar pun, memasukkan garam di salah satu genggaman tangannya ke segelas air, kemudian sang guru mengaduknya).. sekarang minum air yang bercampur garam ini! (perintah guru)
Bahar meminumnya, namun berapa saat kemudian ia terbatuk dan hampir muntah!
Guru : apa yang kau rasakan??
Baharuddin : rasanya aneh guru, sangat asin dan pahit! perut saya mual. ingin muntah.
Guru : sekarang masukkan garam di tanganmu yang satu lagi kedalam danau (segeralah bahar menebar garam itu di danau) Lalu sang guru mematahkan ranting pohon dan mengaduk-aduk danau di mana garam di tebarkan oleh bahar.
Guru : sekarang minum air danau ini
Bahar mengunakan gelas yang tadi di bawa sang guru sebagai wadah dan mengisinya dengan air sungai yang telah ia taburi garam dan meminumnya.
Guru : nahh! sekarang apa yang kau rasakan??
Baharuddin : segar guru! rasanya sangat membuat lega dan sungguh nikmat.
Guru : Seperti itulah hidup....!
"Air di dalam gelas" dan "air di dalam danau" adalah cerminan hati kita, sedangkan "garam" adalah masalah atau kesulitan yang kita hadapi.
Jika hati kita sempit seperti "air dalam gelas", maka ia tidak dapat menampung masalah seberat apapun.
Sedangkan "air dalam danau" yang di "taburi garam" adalah hati kita yang lapang. Maka lapangkanlah hati mu untuk menerima segala kesusuhan serta kesulitan dalam hidup sehingga masalah seberat apapun dapat kita selesaikan.
Suatu hari Baharuddin berkunjung ke sebuah desa di mana di masa yang lalu ia pernah tinggal dan belajar dengan seorang guru yang amat bijak. Kaget Bahar nampaknya di teras padepokan di mana dulu ia pernah belajar telah di suguhi beraneka ragam makanan dan minuman khas desa tersebut.
Kemudian dari dalam rumah sang guru keluar dengan raut wajah yang begitu mempesona menyambut Baharudin seolah ia tahu akan kehadiran muridnya itu. Padahal bahar sebelumnya tidak pernah memberi kabar bahwa ia akan datang... anehh (pikir ia).. Back to story.
Guru : selamat datang Bahar (sang guru menyapa)
Baharuddin : (Mencium tangan guru dengan peghormatan), terima kasih guru, tapi dari mana guru tahu bahwa saya...
Guru : sudah lah mari masuk!! dan ceritakanlah Nampaknaya guru kita ini bukan tipe orang yang suka berbasa-basi yang tak perlu.. to the point.
Baharuddin : Maaf guru, saya harus kembali ke sini dengan berjuta-juta masalah di kepala dan hati saya.
Guru : sudahlah! kan sudah aku bilang ceritakanlah!!
Baharuddin : Baiklah guru!, terakhir saya belajar di padepokan ini, saya benar-benar menjalankan nasehat guru tentang pentingnya semangat dalam menjalani hidup, tidak gampang menyerah dan mensukuri apa yang kita dapat serta tidak putus asa. dan semua itu berhasil guru! usaha saya lancar, bahkan dalam 7 Tahun terakhir ini saya berhasil mengembangkan bisnis saya dan memiliki perusahan mandiri. Harta saya bertambah rumah mewah, mobil mewah tabungan yang melimpah di Bank. Tapi tapi...
Guru : tapi Kau tetap tidak bahagia...
Baharuddin : Benar Guru!!.. Isti saya yang paling saya cintai berselingkuh denagan sahabat karib saya sendiri... anak-anak saya tidak mau menurut dengan nasehat saya lagi dan masuk ke dalam dunia gemerlap bersama obat-obatan.
Ahhhsaya ingin teriak...!! rasanya dan yang lebih parah lagi, perusahan saya hampir bangkrut kerena ulah para pegawai saya, yang diam-diam mengadakan konspirasi untuk menjatuhkan saya dan akan merebut saham-saham atas perusahaan itu. Saya bingung guru apa yang harus saya lakukan.. rasanya ingin mati saja...
Guru : (Mencoba menyelami isi hati Muridnya itu!) sekarang ikut aku! Bahar pun mengikuti sang guru ke arah dapur!
Guru : Ambil 2 genggam garam dengan tanganmu (bahar pun mengikuti perintah sang guru) sementara aku akan membawa segelas air (bahar pun bingung apa yang hendak beliau lakukan). Sekarang kita menuju danau mari!! muridku.
Tidak beberapa lama sampailah mereka di Danau.
Guru : Masukkan segenggam garam yang kau bawa kedalam segelas air yang ku bawa ini (bahar pun, memasukkan garam di salah satu genggaman tangannya ke segelas air, kemudian sang guru mengaduknya).. sekarang minum air yang bercampur garam ini! (perintah guru)
Bahar meminumnya, namun berapa saat kemudian ia terbatuk dan hampir muntah!
Guru : apa yang kau rasakan??
Baharuddin : rasanya aneh guru, sangat asin dan pahit! perut saya mual. ingin muntah.
Guru : sekarang masukkan garam di tanganmu yang satu lagi kedalam danau (segeralah bahar menebar garam itu di danau) Lalu sang guru mematahkan ranting pohon dan mengaduk-aduk danau di mana garam di tebarkan oleh bahar.
Guru : sekarang minum air danau ini
Bahar mengunakan gelas yang tadi di bawa sang guru sebagai wadah dan mengisinya dengan air sungai yang telah ia taburi garam dan meminumnya.
Guru : nahh! sekarang apa yang kau rasakan??
Baharuddin : segar guru! rasanya sangat membuat lega dan sungguh nikmat.
Guru : Seperti itulah hidup....!
"Air di dalam gelas" dan "air di dalam danau" adalah cerminan hati kita, sedangkan "garam" adalah masalah atau kesulitan yang kita hadapi.
Jika hati kita sempit seperti "air dalam gelas", maka ia tidak dapat menampung masalah seberat apapun.
Sedangkan "air dalam danau" yang di "taburi garam" adalah hati kita yang lapang. Maka lapangkanlah hati mu untuk menerima segala kesusuhan serta kesulitan dalam hidup sehingga masalah seberat apapun dapat kita selesaikan.
Trima kasih sudah berkunjung ke blog-ku. Oh ya, kalau boleh sekalian tukaran link ya. Terima kasih atas kesediaannya.
BalasHapushttp://hanafimohan.blogspot.com/